Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang
mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan
mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi
saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw
“Al-Amien”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum
dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah
Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat
itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya
tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab
terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka,
pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
•
Diriwayatkan tentang Rasulullah saw bahwa segala tutur kata beliau senantiasa
mencerminkan kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang kebanyakan di
zaman beliau) tidak biasa bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan suatu
kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang Arab di
zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak pelak lagi
bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka dengan
melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan
yang masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw
menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa
alasan yang sepenuhnya dapat diterima
•
Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan
badan. Beliau senantiasa bersiwak (menggosok gigi) beberapa kali sehari dan
begitu telaten melakukannya sehingga beliau biasa mengatakan bahwa andaikata
beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan memberatkan, beliau akan
menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim bersiwak sebelum
mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan
sesudah tiap kali makan, dan sesudah makan beliau senantiasa berkumur dan
memandang sangat baik tiap-tiap orang yang telah memakan masakan berkumur lebih
dahulu sebelum ikut bersembahyang berjamaah (Al-Bukhori)
•
Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan
untuk orang-orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan
kebersihannya, terutama pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di
dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada kesempatan-kesempatan itu sebaiknya
setanggi dan sebagainya dibakar untuk membersihkan udara (Abu Daud). Beliau
juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan
pertemuan-pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk
hidung (Al-Bukhori).
•
Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan
ranting, batu dan semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan
membahayakan. Jika beliau sendiri menemukan hal atau benda demikian di jalan,
beliau niscaya menyingkirkannya dan beliau sering bersabda bahwa orang yang
membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal sholih dalam
pandangan Ilahi.
•
Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak
boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau
melemparkan benda-benda yang najis, atau tidak sedap dipandang ke jalan umum
atau mengotori jalan dengan cara apapun, karena semua itu perbuatan yang tidak
diridhoi Allah. Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk
keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang
sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan
mencemarinya, dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya
kotor (Al-Bukhori dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila) [13]
•
Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah
memperlihatkan rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya
dan tidak sedap rasanya. Jika didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau
akan menyantapnya untuk menjaga supaya pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi,
jika hidangan tidak dapat dimakan, beliau hanya tidak menyantapnya dan tidak
pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau telah duduk menghadapi
hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa mengatakan
bahwa beliau tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah
orang yang makan itu terlalu agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan
minuman belaka.
•
Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya
bersama-sama semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma
kepada beliau. Beliau melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah
orang yang hadir, beliau membagi rata bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap
orang menerima tujuh buah. Abu Hurairoh ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar roti jawawut
(Al-Bukhori).
•
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa
orang berkumpul mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati
jamuan. Ketika mereka melihat Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut
serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan karena beliau tidak suka daging
panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak menyetujui orang
mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang tak
cukup mempunyai makanan.
•
Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh
cinta dan bakti kepada Allah. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat
terletak di atas bahu beliau, bagian terbesar dari waktu, siang dan malam
dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada Allah. Beliau biasa bangkit
meninggalkan tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah kepada Allah
sampai saat tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang
beliau begitu lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau
menjadi bengkak-bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan
demikian sangat terharu. Sekali peristiwa Aisyah ra berkata kepada beliau
“Allah telah memberi kehormatan kepada engkau dengan cinta dan kedekatan-Nya.
Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan menanggung begitu banyak kesusahan
dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Allah, atas kasih sayang-Nya,
mengkaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban
pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah
hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima (Kitabul-Kusuf)
•
Allah telah memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya
kalau mata dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat
secara tepat yang dapat dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah
yang menjadi dosa…
•
Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah saw dihadapkan kepada pilihan
antara dua cara berbuat, beliau senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan
bebas dari segala kecurigaan bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan
itu membuka kemungkinan timbulnya kecurigaan serupa itu, maka Rasulullah saw
itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia yang paling menjauhinya
(Muslim, kitabul-Fadhoil)
•
Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat
salah seorang di antara mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang
layak terhadap beliau, beliau hanya tersenyum dan hal itu dilupakan beliau.
Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti Aisyah ra, Aisyah jika engkau
sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya” Aisyah ra bertanya
“Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang kepadaku dan dalam
percakapan kau menyebut nama Allah, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Muhammad.
Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Ibrahim”
Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan bahwa beliau benar”
•
Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan. Dalam keadaan
susah, beliau tak pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu
keinginan pribadi… Sekali peristiwa beliau menjumpai seorang wanita yang baru
ditinggal mati oleh anaknya, dan melonglong dekat kuburan anaknya. Beliau
menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan dengan rela dan
menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh Rasulullah
saw dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih ditinggal mati oleh anak
seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa sukar untuk bersabar di
bawah himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah saw menjawab “Aku telah
kehilangan bukan hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau terus berlalu.
•
Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi
orang paling berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap
orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap
melayaninya dan tidak pernah mencoba mengadakan pembalasan
•
Rasulullah saw mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali
peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati
terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman
yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga
sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak yang ingin mendesak Rasulullah
saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian.
Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah saw,
tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan
bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena
mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam terhadap rakyat
jelata. Islam tidak mengizinkan dan akupun sekali-kali tidak akan mengizinkan.
Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak
akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-Bukhori, Kitabul-Hudud)
•
Rasulullah saw senantiasa prihatin memikirkan untuk memperbaiki keadaan
golongan yang miskin dan mengangkat taraf hidup mereka di tengah-tengah
masyarakat. Seorang wanita muslimah biasa membersihkan masjid Nabi di Madinah.
Rasulullah saw tidak melihatnya lagi beberapa hari dan beliau menanyakan
ihwalnya. Disampaikan kepada beliau bahwa ia sudah meninggal. Beliau bersabda,
“Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut dalam
sembahyang janazahnya” dan menambahkan. Barangkali kalian tidak memandangnya
cukup penting karena ia miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.”
Kemudian beliau pergi ke sana dan mendoa untuk dia (Al-Bukhori, Kitabus-Salat)
•
Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan jika seorang miskin menghadap Rasulullah saw
dan mengajukan permintaan, beliau biasa bersabda kepada orang yang ada di
sekitar beliau, “Kemudian juga hendaknya memenuhi permintaannya itu sehingga
mendapat pahala sebagai orang yang berperan serta dalam menggalakkan perbuatan
baik’ (Al-Bukhori dan Muslim), dengan tujuan membangkitkan rasa cenderung untuk
menolong si miskin di satu pihak dalam hati para sahabat dan dipihak lain
menimbulkan kesadaran dalam hati kaum fakir-miskin adanya cinta-kasih
saudara-saudara mereka yang kaya.
•
Ketika Islam berangsur-angsur diterima secara umum oleh bagian terbesar bangsa
Arab, Rasulullah saw sering menerima barang dan uang berlimpah-limpah, beliau
segera membagi-bagikan hadiah itu di antara mereka yang sangat membutuhkan.
Sekali peristiwa anak beliau, Fathimah datang mendapatkan beliau sambil
memperlihatkan tapak tangannya yang tebal dan keras akibat pekerjaan menepung
gandum dengan batu, memohon agar diberi seorang budak untuk meringankan
pekerjaannya. Rasulullah saw menjawab, “Aku akan menceriterakan kepadamu
sesuatu yang nanti akan terbukti jauh lebih berharga daripada seorang budak.
Jika engkau akan tidur pada malam hari, engkau hendaknya membaca SubhanAllah 33
kali, Al-hamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 34 kali. Hal itu akan jauh lebih
banyak menolongmu daripada memelihara seorang budak” (Al-Bukhori).
•
Beliau senantiasa menganjurkan kepada mereka yang mempunyai budak-budak supaya
memperlakukan mereka dengan baik serta kasih sayang. Beliau menetapkan bahwa
jika si pemilik memukul budaknya atau memaki-makinya, maka satu-satunya perbaikan
yang dapat dilakukannya ialah memerdekakannya (Muslim, Kitabul-Iman).
•
Rasulullah saw sangat berhasrat memperbaiki keadaan wanita di tengah-tengah
masyarakat, menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat dan perlakuan wajar
lagi pantas. Islam adalah agama pertama yang memberikan hak waris kepada
wanita…
•
Jika dalam satu perjalanan beliau ada wanita-wanita yang ikut serta, beliau
senantiasa memberi petunjuk supaya kafilah bergerak lambat dan
berhenti-berhenti secara bertahap. Pada suatu kesempatan serupa itu ketika
orang-orang berjalan cepat, beliau bersabda “Perhatikan kaca! Perhatikan kaca!”
dengan maksud mengatakan bahwa ada wanita-wanita dalam rombongan dan bahwa jika
onta-onta dan kuda-kuda berlari cepat, mereka itu akan menderita dari bantingan-bantingan
binatang-binatang itu (Al-Bukhori, Kitab Al-Adab)
•
Beliau menetapkan bahwa orang tidak boleh membicarakan keburukan seseorang yang
telah meninggal, melainkan hendaknya menekankan kepada kebaikan apa saja yang
dimiliki almarhum, sebab tidak ada faedahnya menyebut-nyebut kelemahan atau
kejahatan orang yang sudah meninggal. Tetapi dengan mengemukakan
kebaikan-kebaikan almarhum orang akan cenderung mendoakan (Al-Bukhori).
•
Perlakuan Rasulullah saw terhadap tetangga dengan ramah dan penuh perhatian;
beliau sangat menekankan agar orang berbakti dan mengkhidmati orang tua serta
memperlakukan mereka dengan baik dan kasih-sayang; beliau selamanya memilih
pergaulan dengan orang-orang baik dan jika melihat suatu kelemahan pada salah
seorang dari para sahabat, beliau menegurnya dengan ramah secara berempat mata;
Rasulullah saw sangat berhati-hati membawa diri agar tidak timbul kemungkinan
adanya salah faham; Beliau tidak pernah mengemukakan kesalahan-kesalahan dan
kelemahan-kelemahan orang lain dan menasehati orang-orang jangan mengumumkan
kesalahan-kesalahan sendiri; Kesusahan, penderitaan atau kemalangan di saat
menjelang wafat, beliau pikul dengan penuh kesabaran sampai-sampai Fathimah ra
tidak tahan melihat ayahnya dalam keadaan demikian, namun beliau bersabda
kepadanya: “Bersabarlah, ayahmu tidak akan menderita lagi sesudah hari ini”;
•
Rasulullah saw menekankan agar para sahabat bekerja sama satu dengan lainnya.
Ketika seseorang mengadukan saudaranya yang bermalas-malasan, beliau bersabda
kepadanya: “Tuhan telah mencukupi kebutuhanmu berkat adanya saudaramu, dan
karena itu menjadi kewajibanmu mencukupi kebutuhannya dan membiarkan dia bebas
mengkhidmati agama” (Turmudzi).
•
Rasulullah saw dalam jual-beli secara terus terang dan sangat mendambakan
orang-orang muslim agar jangan melakukan kelicikan dalam transaksi atau
jual-beli. Beliau senantiasa optimis menghadapi masa depan. Beliau sangat
memusuhi sikap pesimis atau keputusasaan, Beliau bersabda: “Siapa yang
menyebarkan rasa pesimis di kalangan masyarakat, ia bertanggung jawab atas
kemunduran bangsa; sebab pikiran-pikiran pesimis mempunyai kecenderungan
mengecutkan hati dan menghentikan laju kemajuan
•
Rasulullah saw memperingatkan para sahabat agar memperlakukan hewan-hewan
dengan baik dan mengecam bersikap kejam terhadap hewan. Beliau sering
menceritakan tentang wanita Yahudi yang dihukum Allah swt lantaran membiarkan
kucingnya mati kelaparan.
•
Rasulullah saw bukan saja menekankan pada kebaikan toleransi dalam urusan
agama, tetapi memberikan contoh-contoh yang sangat tinggi dalam urusan ini.
Suatu delegasi suku Kristen Najron yang telah berdialog selama beberapa jam,
meminta izin untuk meninggalkan masjid untuk mengadakan kebaktian di tempat
yang tenang, Rasulullah saw bersabda: “Mereka tidak perlu meninggalkan masjid
yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian kepada Tuhan dan mereka
dapat melakukan ibadah mereka di situ (Az-Zurqani)
•
Keberanian Rasulullah saw luar biasa, ketika terjadi isu bahwa pasukan Romawi
akan mengadakan pendudukan di Madinah dan ketika ada suara gaduh di tengah
malam, beliau mengadakan penelitian sendiri dengan menaiki kudanya. Beliau
sangat lunak terhadap orang yang kurang sopan terhadap beliau.
•
Rasulullah saw sangat menaruh penting ihwal asas menyempurnakan perjanjian.
Sekali peristiwa seorang duta datang kepada beliau dengan tugas istimewa dan
sesudah ia tinggal beberapa hari bersama beliau, ia yakin akan kebenaran Islam
dan mohon diperbolehkan bai’at masuk Islam. Rasulullah saw menjawab bahwa
perbuatannya itu tidak tepat karena ia datang sebagai duta dan telah menjadi
kewajibannya untuk pulang ke pusat Pemerintahannya tanpa mengadakan hubungan
baru, jika sesudah pulang ia masih yakin akan kebenaran Islam, ia dapat kembali
lagi sebagai orang bebas dan masuk Islam
•
Beliau sangat menghargai mereka yang membaktikan waktu dan harta bendanya untuk
menghidmati umat manusia. Suku Arab , Banu Tho‘i mulai mengadakan permusuhan
terhadap Rasulullah saw dan kekuatan mereka dapat dikalahkan dan beberapa orang
ditawan dalam sebuah peperangan. Seorang dari tawanan itu adalah seorang anak
perempuan Hatim, seorang yang kebaikan dan kemurahannya telah menjadi buah
bibir bangsa Arab. Ketika anak Hatim menerangkan kepada Rasulullah saw mengenai
silsilah kekeluargaannya, beliau memperlakukan wanita itu dengan penghormatan
yang besar dan sebagai hasil dari perantaraannya beliau membatalkan semua
hukuman yang tadinya akan dijatuhkan atas wanita itu sebagai tindak balasan
terhadap serangan mereka [28].
•
Sedemikian agung dan indahnya Akhlaq Muhammad Rasulullah saw, sebagai hamba
teladan umat manusia yang hidup sezaman dengan beliau maupun umat manusia yang
hidup sesudahnya hingga hari Qiamat, karena itu hanya ada satu syahadat pada
beliau saja yang disyari’atkan dalam agama dan wajib diikrarkan oleh setiap
orang yang masuk ke dalam agama Islam, sebagai tekad untuk mengawali dalam
mengikuti dan meneladani kehidupan beliau. Adapun jaminan bagi orang yang telah
mengikrarkan syahadat itu adalah sorga, sebagaimana sabda Rasulullah saw
berikut:
Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya, maka tiada seorang pun yang bertemu dengan kedua kalimah syahadat itu pada Hari Qiamat, kecuali ia dimasukkan kedalam sorga karena apa yang ada di dalamnya.
Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya, maka tiada seorang pun yang bertemu dengan kedua kalimah syahadat itu pada Hari Qiamat, kecuali ia dimasukkan kedalam sorga karena apa yang ada di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar