Part 2
MASALAH DARAH NIFAS
Definisi
Nifas
Bahwa Nifas
menurut bahasa berarti melahirkan. Adapun menu-rut istilah Syara’, Nifas ialah
darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan (wiladah),
dan sebelum melampui 15 hari dan malam dari lahirnya anak. Permulaan nifas itu
dimulai dari keluarnya darah, bukan dari keluarnya anak.
Darah yang keluar bersama bayi atau sebelum melahirkannya, tidak dihukumi
darah nifas, tetapi termasuk darah istihadlat atau darah rusak (darah
penyakit). (Fathul Qarib: 109, Bughiyatul Mustarsyidin: 22).
Dasar
Hukum Nifas
Masa kebiasaan seorang wanita atas keluarnya darah nifas adalah 40 hari, sebagaimana
yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, dimana ia berkata:
كانت النفساء على عهد رسول الله
صلى الله عليه وسلم تقعدبعد نفاسها أربعين يوما او أربعين ليلة (رواه أبو داود
والترمذى ).
“Pada masa
Rasulullah Saw. Para wanita yang sedang
menjalani masa nifas menahan diri selama empat puluh hari atau empat puluh
malam.”
(HR. Abu Da-wud
dan Tirmidzi).
Para ulama dari kalangan sahabat
Rasulullah Saw. dan para tabi’in telah menempuh kesepakatan,
bahwa wanita-wanita yang sedang men-jalani masa nifas harus meninggalkan shalat
selama empat puluh hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut, maka
hendaklah mandi dan mengerjakan shalat, demikian dikatakan oleh Imam Tirmidzi.
Lamanya
Nifas dan Sucinya
Sekurang-kurangnya seorang wanita keluar darah nifas adalah satu tetesan,
kebiasaannya Nifas 40 hari dan malam, sedang sebanyak-banyaknya nifas, selama
60 hari dan malam. Semuanya ini juga dengan dasar hasil penelitian Imam Syafi’i
Ra. Kepa-da wanita Arab di Timur Tengah (Hasyiyah Al-Bajuri: 1/111 dan Abyanal
Hawaij: 11/268).
Paling lama nifas 60 hari tersebut, di hitung mulai dari keluarnya bayi. Adapun
yang dihukumi darah nifas itu mulai dari keluarnya darah. Sehingga,
seumpama seorang wanita melahirkan anak pada tanggal1 kemudian ketika mengeluarkan
darah mulai tanggal 5 itu penuh 60 hari dan malamnya, dimulai tanggal 5, dan yang
dihukumi darah nifas adalah mulai tanggal 5. Adapun waktu antara lahirnya bayi
dengan keluarnya darah, dihukumi suci. Oleh karena itu ia tetap kewajiban
shalat dan kewajiban kewajiban yang lain.
Masalah-Masalah
Batas antara lahirnya bayi dengan keluarnya darah nifas seorang wanita, paling
lama 15 hari. Apabila jarak antara keduanya lebih dari 15 hari, maka tidak
dihukumi darah nifas, tetapi dihukumi darah haid.
Apabila seorang wanita setelah melahirkan anak kemudian meng-eluarkan darah
dengan terputus-putus (setelah putus lalu keluar lagi), yang masih dalam 60
hari dan terputus-putusnya darah tidak sampai 15 hari, maka semua darah yang
dikeluarkan maupun putus-putus yang ada sela-selanya, darah tersebut
dihukumi darah nifas (Hasyiyah Sulai-man al-Jamal ‘ala Syarhi al-Minhaj:
1/227).
Contoh-Contoh:
Seorang wanita melahirkan anak, kemudian langsung mengeluar-kan darah selama 15
hari, lalu putus selama 14 hari, lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka
darah yang keluar serta putus di sela-selanya itu dihukumi nifas. Dan ia pada
waktu berhenti tersebut diwajibkan mandi, shalat dan lain sebagainya seperti
halnya orang yang suci, wala-upun akhirnya ternyata semuanya itu tidak sah,
karena sebenarnya masih ada di dalam nifas. Darah yang kedua (darah
keluar setelah berhenti) itu, mulai keluar darah setelah tenggang 60 hari dari
lahirnya anak, maka darah yang pertama (darah sebelum berhenti) dihukumi da-rah
nifas, darah kedua dihukumi darah haid dan berhentinya dihukumi keadaan suci.
Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 59 hari,
lalu berhenti selama dua hari, kemudian mengeluarkan darah lagi selama tiga
hari, maka darah yang pertama dihukumi nifas, darah yang kedua dihukumi haid
dan berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan nifas.
Dan seumpama darah yang kedua masih ada di dalamnya 60 hari, tetapi berhentinya
selama 15 hari, maka darah yang pertama juga dihu-kumi nifas, darah yang kedua
dihukumi haid dan berhentinya juga di hukumi suci.
Contohnya: Seorang wanita melahirkan anak, kemudian mengelu-arkan darah selama
10 hari, lalu berhenti selama 16 hari, kemudian mengeluarkan darah lagi, selama
4 hari, maka darah yang pertama dihukumi nifas, darah yang kedua. dihukumi haid
dan berhentinya dihukumi suci yang memisah antara haid dan nifas.
Peringatan!
Keadaan suci
yang memisahkan antara haid dengan nifas, atau memisahkan antara nifas dengan
nifas itu, tidak disyaratkan harus ada 15 hari 15 malam, melainkan bisa saja
hanya sehari atau bahkan kurang dari satu hari. Berbeda dengan keadaan suci
yang memisah antara haid dengan haid.
Contoh keadaan waktu suci yang memisahkan antara haid dengan nifas ialah:
1. Seorang wanita hamil
mengeluarkan darah 5 hari, kemudian berhenti sehari, lalu ia melahirkan anak,
kemudian mengeluarkan darah selama 40 hari, maka darah yang sebelum melahirkan
dihukumi haid, dan darah yang sesudah melahirkan dihukumi nifas. Jadi waktu
suci yang memisahkan antara haid dan nifas hanya sehari.
2. Seorang wanita
melahirkan anak, kemudian mengeluarkan darah selama 60 hari, kemudian berhenti
sehari, lalu keluar darah lagi selama 10 hari, maka darah yang sebelum berhenti
dihukumi nifas, dan darah keluar yang setelah berhenti dihukumi haid. Jadi
waktunya suci yang memisahkannya hanya sehari.
3. Waktu keadaan suci
yang memisahkan antara nifas dengan nifas: Se-orang wanita melahirkan anak,
kemudian disetubuhi oleh suaminya masih dalam keadaan nifas, dan akhirnya
wanita itu hamil lagi, lalu setelah selesainya nifas cukup 60 hari, darahnya
berhenti selama sehari, lalu ia melahirkan berupa segumpal darah, kemudian
nifas lagi, maka berhenti yang lamanya sehari itu dihukumi suci, yang
memisahkan antara nifas dengan nifas (Minhaju al-Qawim dengan Hasyiyah
Sulaiman Kurdi :1/131, Syarhu al-Mihaj serta Hasyiyah
Sulaiman al-Jamal: 1/227).